Tampilkan postingan dengan label Pelatihan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pelatihan. Tampilkan semua postingan

DISKURSUS ALTERNATIF TENTANG TRANSGENDER: STUDY KASUS CITRA TRANSGENDER DALAM TALK SHOW "HITAM PUTIH"

    Peneliti: Aditya Nur Patria dan Sri Andiani

Deskripsi Penelitian       :
Penelitian ini merupakan analisis media dengan menggunakan metode analisis wacana yang diusung oleh James Paul Gee. Dalam sebuah teks, bahasa memiliki peran penting dalam mengkonstruksi citra yang hendak dimunculkan oleh pembuat teks. Selain bahasa, elemen multimodal seperti gambar, gestur, dan lagu juga berperan dalam mendukung citra yang dimunculkan.

Dalam talk show Hitam Putih, hasil analisis aspek naratif dan non naratif menunjukkan bahwa sisi “transgender” atau gender yang berada di antara laki-laki dan perempuan tidak menjadi penekanan dalam talk show ini. Talk show ini menekankan bahwa bintang tamu tersebut adalah seorang wanita, baik dari sisi penampilan maupun psikologi. Meskipun secara biologis masih laki-laki, bintang tamu dalam talk show ini direpresentasikan sebagai sosok wanita secara penampilan, psikologis, maupun sosial. Selain itu, citra transgender disini juga tampak positif dengan memiliki prestasi-prestasi yang cukup banyak. Di sisi lain, atribut-atribut ke-wanita-an yang didapat oleh bintang tamu tersebut merupakan dari lahir dan bukan merupakan rekayasa. Secara keseluruhan, citra-citra tersebut membentuk sebuah diskursus alternatif tentang transgender yang pada diskursus umum sering menampilkan transgender sebagai sosok yang negatif.

Namun demikian, pada saat yang sama, tampak melalui pertanyaan yang disampaikan oleh Deddy Corbuzer bahwa dia masih belum menganggap Dena sebagai wanita sepenuhnya. Meskipun menampilkan transgender sebagai sosok yang positif, acara ini juga masih memiliki bias terhadap heteronormativitas yang berakar kuat dalam masyarakat. Selain itu terdapat kesan double standard dalam penerimaan sosial terhadap kaum non-heteroseksual dimana mereka baru diterima apabila memiliki karya atau sebuah pencapaian. Selain itu, bias kelas juga muncul dalam acara ini dimana terkesan bahwa kaum non-heteroseksual yang berasal dari kelas menengah ke atas cenderung lebih mudah diterima daripada yang bukan dari kelas menengah ke atas.

Review Penelitian          

Analisis discourse pilihan yang pas. Pilihan talk show dan prime time menjadi menarik untuk memahami bagaimana citra waria dipaparkan. Dena ditampilkan bukan hanya melawan gender tradisional dengan kaca mata “biasa” – trapped in man’s body, feel and think as a woman, others treated badly, diejek, konflik dlm keluarga – dan “tidak biasa” – cerita prestasi dan sukses, diterima dgn baik oleh keluarga dan teman-teman. Perlu dipertajam masalah: hal-hal yang normatif masih cukup kuat ditampilkan terkait waria, seperti misalnya waria adalah “perempuan”  baik-baik dengan pendidikan tinggi, kesuksesan dan segudang prestasi. Selain itu, kewariaan seseorang tidak melulu bawaan dari lahir melainkan juga karena pengaruh lingkungan.

YOUNG RESEARCHER COLLABORATIVE RESEARCH (YRCR) PROGRAM


Sepuluh peneliti muda YRCR telah bekerja keras untuk menyelesaikan penelitian mereka selama lebih kurang satu tahun. YRCR merupakan program penelitian kolaborasi antara peneliti yang berbasis akademis dan aktivis LGBTIQ tentang topik-topik terkait LGBTIQ dengan perspektif SOGIEB (Sexual Orientation, Gender, Identity, Expression and Behavior).

LATAR BELAKANG PROGRAM
Program ini lahir karena masih banyaknya penelitian mengenai LGBT yang dilakukan oleh kalangan ademisi memiliki bias heteronormativitas, seperti misalnya masih memiliki steretypes yang dilekatkan kepada LGBT seperti abnormal, pendosa dan menular. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, mahasiswa dan supervisornya biasanya masih menggunakan alat ukur dan standard heteroseksual, dan masih mengandalkan konsep akademis yang sudah out of date untuk menjelaskan issu-issu terkait LGBT. Analisis penelitian yang dilakukan pada akhirnya gagal menjelaskan konteks LGBT yang spesifik dan hanya mengkonfirmasi teori-teori mengenai kehidupan LGBTQ yang selama ini ada.  Kedua, kurangnya perspektif SOGIE pada mahasiswa tidak memerhitungkan konteks spesifik LGBT sebagai faktor penting yang membedakan analisis. Ketiga, mahasiswa yang  hampir tidak pernah terlibat atau berinteraksi secara langsung dengan LGBT, mengalami kesulitan memasuki kehidupan LGBT. Enggan dan cemas untuk memasuki kehidupan mereka. Alhasil, analisis penelitian dihasilkan dari pertemuan yang singkat dengan mereka. Untuk kemudian pergi dan tak kembali setelah penelitian usai dan mereka mendapatkan gelar akademis yang mereka inginkan. LGBT hampir-hampir tidak merasakan manfaat atau tindak lanjut dari penelitian tersebut. Keempat, LGBT memiliki kebutuhan untuk menyuarakan kepentingan mereka yang setidaknya bisa dianggap kredible oleh “dunia ilmiah.” Namun demikian, LGBT memiliki keraguan/sakit hati untuk bekerja bersama peneliti non-LGBT atau peneliti dengan background universitas, karena kecurigaan akan dieksploitasi dan hanya menjadi objek penelitian. 
TUJUAN PROGRAM
Untuk mengubah kebiasaan penelitian akademis  tersebut, dan menghapus keraguan kedua-belah pihakm KSGK melatih 5 peneliti muda aktivis/LGBT dan 5 peneliti muda non-LGBT/akademis yang berusia antara 18-25 yang akan melakukan penelitian kolaboratif mengenai issu-issu keberagaman. Kegiatan ini diharapkan mampu menciptakan peneliti muda yang bisa meruntuhkan stigma dan stereotipe yang menghalangi kedua belah pihak untuk bersatu dan bekerja sama. Dengan demikian, akan terbentuk suatu pemahaman yang  lebih baik bagi kehidupan manusia dan keberagamannya.
Kesepuluh peneliti ini telah melalui rangkaian kegiatan sebagai berikut:
  1. Pelatihan pengayaan perspektif SOGIEB
  2. Pelatihan perencanaan penelitian dan turun lapangan
  3. Penelitian kolaboratif terkait isu LGBTIQ
Dari Program ini dihasilkan 6 penelitian yang akan disajikan secara terpisah dalam tulisan berseri. Stay tuned! 

Berikut ini Dokumentasi kegiatannya. 

Perspetif SOGIEB bersama DR. Dede Oetomo
Fiel Visit. Taman Bungkul Surabaya
Field Visit. Taman Bungkul Surabaya
Sharing Progress Penelitian




Sharing Progress Penelitian


penulis: #mazdafiah

TRAINING SEKSUALITAS VI 2015

HOT!!!!
Teman-teman remaja,

Sekali lagi, KSGK bakal mengadakan Training Seksualitas  untuk orang muda.
Kali ini kurikulumnya lebih muda dan lebih fun!

Dalam Training ini kita akan memahami tema besar berikut:
1. Siapa Diri Kita?
2. Bagaimana kita membangun relasi dengan orang lain (orangtua, teman, maupun pacar)?
3. Seksualitas ternyata tidak hanya masalah Seks, tapi juga politik dan budaya. Bagaimana bisa
    demikian?

Berbeda dari training-training sebelumnya, training yang sekarang ditujukan agar kalian bisa sharing dengan adik-adik kalian di SMP maupun SMA setelah training usai.
So, pengetahuan seksualitas ini tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tapi juga berguna bagi orang lain.

Tunggu kabar selanjutnya, yaa....


YOUNG RESEARCHERS COLLABORATIVE RESEARCH PROGRAM Program Riset Kolaboratif peneliti Muda Surabaya

Kelompok Studi Gender dan Kesehatan (KSGK), Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya bekerja sama dengan HIVOS menyelenggarakan Program Riset Kolaboratif untuk para Peneliti Muda terkait topik
LGBTIQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Interseks). Aktifitas Program ini meliputi:

1. Tahap Seleksi.
Syarat untuk mengikuti seleksi ini adalah:
• Mahasiswa dari berbagai macam disiplin ilmu sosial dan humanity, atau aktivis organisasi LGBTIQ berusia < 30 tahun,
• Tidak homophobic/transphobic.
• Berdomisili di Surabaya.
• Memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan penelitian
• Bersedia mengikuti proses penelitian mulai dari tahap persiapan hingga pelaporan
• Mengirimkan CV, form pendaftaran yang telah diisi, beserta kartu mahasiswa yang masih aktif, atau pernyataan keanggotaan organisasi terkait, paling lambat 30 Desember 2013 ke ksgk.ubaya@gmail.com. Formulir bisa diperoleh melalui Contact Persons yang tercantum di halaman ini.

2. Workshop SOGI (Sexual Orientation, Gender and Identity).
Sepuluh calon peneliti yang lolos Tahap Seleksi akan mengikuti Workshop SOGI selama 3 hari yang akan diselenggarakan pada bulan Januari 2014. Workshop ini bertujuan untuk mempertajam perspektif peneliti mengenai issu-issu LGBTIQ.

3. Workshop Metodologi dan penulisan proposal Penelitian
Workshop ini berlangsung selama 3 hari, merupakan workshop lanjutan untuk memberikan bekal metodologis dalam melakukan penelitian lapangan. Materi yang disampaikan meliputi Pendekatan Kuantitatif maupun Kualitatif, dengan metode studi deskritif, kajian narrative, etnografi, studi kasus, maupun analisis teks.

4. Penelitian Lapangan
Penelitian akan berupa 5 mini riset yang berdurasi 6 bulan, dilakukan secara bersama-sama (mahasiswa+aktivis), dengan funding maximum sebesar Rp.3.000.000 (tigajuta rupiah) per riset diberikan kepada peneliti untuk mendanai riset lapangan mereka.

Contact Person
Nur Apriyanti 031-729-230-28
Wulan Widaningrum 085-633-850-60

KELOMPOK STUDI GENDER DAN KESEHATAN (KSGK), FAKULTAS PSIKOLOGI, UNIVERSITAS SURABAYA, RUANG PC. 1.2 JL. RAYA KALIRUNGKUT SURABAYA, TELP. 031-298-1143 FAX. 031-298-1271.
WWW.KSGK-UBAYA.BLOGSPOT.COM FACEBOOK: KSGK UBAYA
EMAIL: ksgk.ubaya@gmail.com atau ksgk@ubaya.ac.id

PROGRAM SEKSI DI SMP 1 SURABAYA: WE SHALL RETURN....

Tidak terasa, ngobrol-ngobrol bareng teman-teman SEKSI dari Spensa sudah mencapai sesi akhir. Ketika kami mengabarkan bahwa diskusi dua mingguan untuk semester ini mesti di-paused dulu, salah satu dari mereka menyatakan kekecewaannya dengan wajah lesu: "Lhoooo kenapa gak ada sesi 1 Juni? Kenapa?" rengek Sara.

Kami menjelaskan bahwa untuk sementara, mereka mesti fokus UAS (Ujian Akhir Sekolah) dulu, merefreshkan diri dengan liburan, kemudian belajar cara mendengarkan yang efektif untuk teman yang sedang curhat permasalahan mereka. Menyadari bahwa kami akan kembali, mereka ceria lagi.

Kelekatan antara mahasiswa SEKSI dengan adik-adiknya pun tak kalah mengharukannya, mereka merasa senang berkumpul dengan adik-adik SMP, kangen kalau lama tidak bisa datang dengan berjibunnya tugas-tugas kuliah atau aktivitas lain. "Duuh maaf teman-teman saya gak bisa ikut ke Spensa karena ada pelatihan di Sanggar [unit kegiatan kampus lainnya-red], padahal saya kangen banget sama adek-adek.... Bener lho, Bu... saya kangen mereka. Gak tahu juga kenapa." Demikan kata Rika Wulan Novitaingtyas, mahasiswa angkatan 2010.

Selain kelekatan emosional, ada yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan SEKSI bisa menambah kepercayaan diri mereka untuk menghandle forum, berbicara di depan umum, maupun organising aktivitas pelatihan.

Selama kurun waktu Desember 2012-Mei 2013, kegiatan SEKSI dilakukan dengan metode beragam: bermain, berdiskusi, bermain drama sampai nonton bareng. Topiknya pun macam-macam. Dari mulai mengenal diri sebagai tubuh seksual, gender di sekitar kita, membangun kelompok peduli, relasi yang sehat, cinta dan pacaran, keberagaman orientasi seksual, seks dan pornografi, hingga kekerasan dalam pacaran.

Siswa seksi yang pada awalnya berjumlah 20 orang, mengalami penyeleksian alamiah. Hingga akhir kegiatan diskusi, terdapat sepuluh anak yang benar-benar menunjukkan komitmen serius mereka terhadap kegiatan ini. Hal-hal yang ditengarai membuat kegiatan ini memiliki angka drop-out cukup besar adalah sebagai berikut:
  1. Jadwal yang dialokasikan pada Hari Sabtu yang notabene merupakan hari libur dan hari keluarga bagi mereka.
  2. Hari Sabtu juga berarti hari bangun siang, hingga banyak dari mereka yang bangun kesiangan dan kemudian memutuskan untuk tidak datang karena ada perasaan sungkan jika datang terlambat.
  3. Hari Sabtu bagi Spensa adalah hari ekstra kurikuler, sehingga mengharuskan beberapa teman yang aktif untuk kemudian memilih mana yang lebih diberati. Dan kenyataan bahwa kesadaran akan pentingnya pengetahuan seksualitas dan kesehatan reproduksi masih minim, membuat kegiatan ini tidak menjadi prioritas mereka.
Untuk itu alangkah baiknya apabila program-program seperti ini dan program-program pembentukan karakter lainnya, dimasukkan dalam kurikulum sekolah.Pembentukan karakter tak kalah pentingnya dibanding pembentukan intelektual bagi remaja.

Support dari orang tua dan pihak-pihak terkait sangat diperlukan, mengingat sebelumnya, ada beberapa alasan mengapa program ini agak sulit diterima oleh sekolah. Pertama, kegiatan sekolah yang sudah sangat padat sehingga seolah mengalami kesulitan untuk mengalokasikan waktu. Kedua, terbatasnya resource dari pihak sekolah untuk turut mendampingi siswa melakukan kegiatan. Ketiga, sulitnya berargumentasi dengan pihak diknas untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan baru terkait pelaporan di akhir kegiatan.

Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak Spensa, atas kesediannya dan keberaniannya
menjadi sekolah rintisan yang peduli kesehatan seksual dan reproduksi siswa. Semoga sesi-sesi berikutnya berjalan lancar dan program ini bisa dilakukan secara berkesinambungan, untuk bisa sustainable dan dilakukan secara mandiri oleh sekolah nantinya.

VIVA KSGK, VIVA SPENSA.... SEKSI!


#mazdafiah

TRAINING SEKSUALITAS 5

Training Seksualitas V KSGK diadakan hari Sabtu-Senin, tanggal 14-16 Juli 2012. Pelatihan ini dimulai
pukul 09.00-1630.00,  di Auditorium Fakultas Hukum dan R. Sidang Fakultas Psikologi.  Peserta  nya adalah remaja usia 18 tahun keatas (internal dan eksternal UBAYA)

6.   Latar Belakang kegiatan diadakannya pelatihan ini adalah masih kurangnya pemahaman remaja terkait informasi seksualitas yang berdampak pada terjadinya kehamilan tidak diinginkan, pelecehan seksual, kekerasan dalam relasi serta kurangnya penghargaan terhadap tubuh dan dirinya.  Dampak tersebut berakibat pula pada prestasi akademis, molornya masa study serta meningkatnya angka drop-out.
      
      Adapun tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kesadaran, pemahaman dan penghargaan remaja akan tubuh seksualnya sehingga remaja mampu menghargai diri sendiri dan tubuhnya. Untuk kemudian,meningkatkan tanggung jawab mereka terhadap tubuh serta masa depannya serta mencegah dan mengurangi angka kehamilan tidak diinginkan, pelecehan seksual, kekerasan dalam relasi.

      Kali ini peserta berjumlah 15 orang dengan latar belakang pendidikan yang beragam dari usia 18 tahun hingga 24 tahun, kesemuanya mahasiswa UBAYA dan Unair. Materi yang dibahas hampir mirip dengan materi sebelumnya, dari mulai pengenalan tubuh sosial, perkembangan seksualitas remaja, relasi yang sehat, kekerasan dalam pacaran, konsepsi, kontrasepsi dan aborsi. Materi-materi tersebut disampaikan dengan beragam metode dari mulai paparan fakta, study kasus, game, dan drama. Pokoknya asik deh. Join kita untuk yang tahun ini yaa.... Training Seksualitas 6.

##mazdafiah
8.    

KSGK GO TO SCHOOL

Setelah setahun sebelumnya KSGK mendapat undangan dari Sekolah LABSCHOOL Surabaya, untuk bermain-main dan belajar "Menyayangi Tubuh Kita dan Mengenal Pubertas" sekaligus ngobrol bareng orangtua siswa terkait "Mengkomunikasikan Topik Seksualitas dengan Anak." KSGK kembali ke Sekolah Nasional Ciputra di daerah Surabaya Barat.

Di kedua sekolah tersebut, KSGK mengenalkan tubuh yang bermacam-macam bentuk. Bahwa tubuh manusia unik, tidak seperti selama ini yang terlihat seragam seperti yang dipopulerkan oleh media: langsing, putih, mata lebar, hidung mancung, rambut lurus, Barbie-like, Kenny-like, dll. Tubuh yang ada di media tidak seberagam yang ada di dunia nyata. Tubuh manAusia sangat beragam and the are all fine. Keberhargaaan, kehebatan manusia tidak bisa dipandang hanya dari bentuk tubuhnya, rupa kulitnya, atau mancung hidungnya. Potensi manusia sangat beragam yang kalau diasah demi kebaikan kemanusiaanlah yang membuat manusia itu memiliki dignity, dan bisa hidup bermartabat.

Di sekolah Ciputra, selain mengobrolkan masalah cara menyayangi tubuh dan mengenal pubertas, KSGK juga membahas masalah bullying. Seperti halnya phenomena bullying yang terjadi di tempat-tempat lain, hampir setia[ anak pernah menjadi korban sekaligus pelaku bullying. hampir semua pernah merasakan dampak negatif bullying namun tidak tahu bagaimana cara menghentikannya. Hanya sedikit saja anak-anak kita yang memiliki keberanian untuk membela temannya yang menjadi korban bullying, selebihnya tidak tahu apa yang harus diperbuat. Melapor kepada orang dewasa bukanlah pilihan yang baik bagi mereka mengingat tekanan sosial yang kuat, seperti dianggap sebagai anak yang "suka mengadu," selain adanya gap yang lebar anatar anak-anak dan orang dewasa di sekelilingnya.

Posisi mereka menjadi semakin terdesak ketika orang dewasa turut menjadi pelaku bullying. Tak ada jalan lain bagi mereka untuk bisa survived terhadap bullying kecuali turut serta menjadi pelaku karena hanya itu cara yang mereka tahu untuk mengungkapkan penolakan menjadi korban. Alhasil, perilaku bullying akan terus berlanjut. KSGK berusaha menunjukkan bahwa dunia yang ramah tanpa menyuburkan perilaku bullying bisa dimulai dari kita sendiri dengan tidak melakukannya. Mata rantai bullying bisa diputus sekarang juga secara bersama-sama.

KSGK mengucapkan apresiasi pada kedua sekolah ini karena telah menjadi pelopor pentingnya pemberian pendidikan seksualitas usia dini pada anak-anak kita. Mudah-mudahan anak-anak Indonesia tumbuh menjadi individu-individu yang lebih bertanggung jawab di masa yang akan datang.

#mazdafiah


TRAINING SEKSUALITAS 4

Peragaan Self-Defense
Training Seksualitas adalah gawe tahunan KSGK yang diselenggarakan dengan tujuan memberikan pemahaman seksualitas bagi remaja dengan menggunakan perspektif sosial-psikologisnya. Training ini didasarkan pada empat prinsip dasar yaitu right (hak), respect (rasa hormat), dignity (martabat), dan equality (kesetaraan). Maksudnya KSGK memandang seksualitas seseorang sebagai hak dasar yang dimiliki sejak individu dilahirkan, tak ada kekuatan apa pun yang berhak mengontrol, kecuali atas kehendak sendiri. Penggunaan right ini harus disertai dengan adanya respect yang dimulai dari respect terhadap diri sendiri dan orang lain. 
Penggunaan right haruslah disertai dengan tanggung jawab untuk menghormati pula hak seksualitas orang lain. Hanya dengan menjadi orang yang menjaga kehormatan diri dan orang lain, maka kita akan menjadi orang yang bermartabat, memiliki dignity dalam kehidupan yang kita jalani. Namun selalu ingat bahwa menjadi kewajiban kita untuk memperlakukan orang lain secara setara. 

Add caption
Training seksualitas KSGK ini diselenggarakan sejak tahun 2005. Pada tahun 2008, Training ini mendapatkan dana dari HIVOS dan menyertakan peserta dari beberapa LSM di Jawa Timur. Peserta pun beragam yaitu mahasiswa, heteroseksual, nonheteroseksual, aktivis, dll.

Pada Training Seksualitas IV kali ini peserta adalah mahasiswa UBAYA dan Non UBAYA. Jika training seksualitas III mengusung tema menghormati diversity, tema kali ini adalah anti kekerasan seksual.

Pada akhir training ini para peserta diminta untuk merancang Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang ditujukan untuk menjaga kontinyuitas semangat perubahan di lingkup yang lebih besar. RTL untuk training ini adalah ditularkannya perspektif seksualitas yang berdasar pada 4 prinsip tersebut di atas pada remaja-rema usia di bawahnya. 

TENTANG TRAINING SEKSUALITAS KSGK

Mengapa Pelatihan ini Ada? 
Pelatihan ini sudah dilakukan secara rutin kepada mahasiswa, aktivis, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar. Kami memulainya sejak tahun 2005 sebagai terobosan penting untuk masuk pada kehidupan private mahasiswa, mengingat banyak kasus-kasus yang terungkap di meja konseling terkait keidupan seksualitas remaja. Perilaku seks yang tidak bertanggung jawab yang merugikan keseatan fisik dan mental remaja telah terbukti membawa dampak buruk bagi pelakunya dan tak jarang mengorbankan dimensi keidupan remaja lain sebagai korban. 

Pengetahuan mereka yang terbatas terkait seksualitas ditengarai sebagai penyebab utama perilaku tidak bertanggung jawab tersebut. Hal ini semata-mata bukan kesalahan mereka. Budaya yang masih menganggap seks sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan secara terbuka membuat kita malu, merasa tidak pantas membicarakan masala seksualitas dengan anak. Sementara keingintahuan anak yang besar membawa mereka pada sumber-sumber pengetahuan seksualitas yang keliru, seperti pornografi, dan berdiskusi dengan teman yang sebenarnya sama-sama sedang dalam tahap mencari-cari pengetahuan seksualitas. 


Budaya tersebut juga membuat orang tua merasa kikuk dan tidak tahu bagaimana cara memulai mengkomunikasikanya dengan anak, karena sebelumnya tidak pernah ada pengalaman membicarakan seksualitas secara terbuka dengan anak dengan orang tua di masa lalu mereka. Institusi pun merasa salah tingkah ketika arus memasukkan bahasan seksualitas ini dalam kurikulum sekolah lebih dari sekedar bahasan proses reproduksi pada pelajaran biologi. Namun, lebih dari itu, adalah pengetahuan seksualitas yang mampu menyentuh dimensi biologis seseorang, namun juga dimensi psikologis dan sosial-politiknya. 


Untuk itu diperlukan pihak yang mampu menjembatani remaja dengan pengetauan seksualitas dan menjadi mediator bagi remaja untuk membicarakan seksualitas dengan pihak-pihak yang tepat tanpa rasa takut, minder dan serba salah. Mampu memeca kesunyian baan seksualitas dan melakukan tindakan nyata untuk kehidupan remaja yang lebih sehat dan bertanggung jawab. itulah, KSGK merasa perlu diadakannya sebuah pelatihan seksualitas. 


Tujuan Pelatihan: 

Memberikan media, pengetahuan dan wacana bagi remaja untuk membicarakan seksualitas secara terbuka, dari dimensi fisik, psikologis, sosial, budaya dan politiknya, sehingga remaja memiliki perilaku yang sehat dan bertanggung jawab terkait seksualitasnya. 

Nilai Dasar Pelatihan: Right, Respect, Dignity, Equality


Kerjasama terkait Pelatihan Seksualitas. 

KSGK membuka kerjasama dengan berbagai institusi, pendidikan, organisasi maupun kelompok-kelompok masyarakat umum untuk mewujudkan keidupan seksualitas yang lebih baik bagi remaja dengan semangat pembelajaran, saling menghormati, dan kesetaraan.