CIRI-CIRI KORBAN KEKERASAN

05.31 0 Comments A+ a-

Suatu hari saya bertanya pada seorang teman, "Jika pasanganmu selingkuh atau melakukan kekerasan bentuk lain terhadapmu, apakah dirimu akan bercerita pada temanmu?" Ia menjawab dengan cepat. "Ya jelas enggaklah, gila apa?"

Kehormatan keluarga itu penting untuk dijaga. Hal-hal buruk yang dilakukan oleh seorang anggota keluarga harus dijaga kerahasiaannya. Apabila anggota keluarga melakukan kesalahan kita harus mensupportnya, tak kenal kata menyerah untuk mengubahnya menjadi orang baik, bahkan jika kita hanya mampu berdoa. Mikul dhuwur mendem jero, demikian kata orang Jawa.

Karena korban lebih memilih untuk diam, alhasil banyak sekali kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang tak terungkap, dan membiarkan korban menderita berkepanjangan bahkan hingga kehilangan nyawa.

Tidak mungkinkah kita mengenali korban kekerasan di sekeliling kita? Berikut ini ada beberapa tandanya:
  • Dicemburui terus sama pasangan.
  • Berubah pembawaan dari biasanya, menjadi lebih pendiam, moody, depresi, ngeyelan dlsb.
  • Terlalu sering dicek sama pasangan, dimana, sama siapa, lagi ngapain...
  • Ada bekas membiru di bagian tubuh yang tidak bisa dia jelaskan sebabnya.
  • Selalu melakukan sesuatu dengan alasan "demi pasangan"
  • Sering menyalahkan diri sendiri untuk perilaku pasangan yang tidak baik.
  • Nilai-nilai akadamis atau performa kerja menurun.
  • Jadi penyendiri. Marah-marah setelah dihubungi pasangan.
  • Takut membuat pasangan marah.
  • Bercerita pernah diperlakukan pasangan seperti: didiamkan, dipermalukan, dipaksa-paksa melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.
Apa yang bisa dilakukan jika melihat seseorang berada pada relasi yang demikian?
  • Jika menemukan tanda-tandanya, bersikap pedulilah dengan menanyakan keadaannya.
  • Jika ia bercerita, ingatkan akan hak-haknya..
  • Jika sulit baginya untuk bernegosiasi dengan pasangan, berbicaralah pada pihak yang memeiliki concern terhadap issu kekerasan seperti Women Crisis Centre (WCC) atau pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti melalui jalur hukum


#mazdafiah

INI DIA CIRI-CIRI PELAKU KEKERASAN...

04.52 0 Comments A+ a-

Memilih pasangan itu seperti membeli kucing dalam karung, demikian kata pepatah lama. Tak jarang orang yang kita cintai ternyata tega melakukan hal-hal menyakitkan yang kita tidak bisa menerimanya.  Supaya tidak menyesal di kemudian hari, bisakah kita melakukan pre-selection mating terhadap orang yang kita taksir?

Berikut beberapa tanda yang bisa dijadikan acuan menandai apakah seseorang itu berpotensi melakukan kekerasan.
  • Melakukan kekerasan jika marah. Kekerasan tersebut tidak harus ditujukan pada pasangan, namun juga kepada siapa saja yang membuatnya marah.
  • Berbicara dengan cara tidak hormat pada pasangan, atau sering menjatuhkan perasaannya, membuat pasangan berkecil hati dan minder.
  • Berkoar-koar kalau pasangannya adalah orang yang selalu menuruti apa katanya.
  • Selingkuh, tapi tidak membolehkan dan memberikan maaf apabila pasangan melakukan hal yang sama.
  • Terobsesi untuk selalu bisa tahu pasangannya sedang ngapain, dimana, sama siapa...
  • Mencoba mengontrol, mengatur-atur anggota keluarganya apabila di rumah.
  • Mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah normal dan perlu dilakukan.
  • Sering bertengkar/berkelahi dengan orang lain.
  • Punya rekam jejak pernah melakukan hal kriminal.
  • Kejam terhadap binatang piaraan dan sering menghancurkan benda-benda di sekitarnya.
  • Menyalahkan orang lain, menjadikan orang lain alasan bagi kegagalan atau masalah yang dia hadapi.
  • Percaya bahwa cemburu adalah tanda cinta.
Adakah tanda-tanda itu pada pasanganmu?


#mazdafiah

KEKERASAN DALAM RELASI

04.27 0 Comments A+ a-

Apa itu kekerasan dalam relasi?
Kekerasan dalam relasi, adalah segala bentuk tingkah laku yang digunakan untuk tujuan manipulasi, mengontrol, dan memperoleh kontrol dari orang lain, yang menimbulkan perasaan takut, dan segala bentuk dampak negatif lainnya.

Bagaimana tanda-tanda adanya kekerasan dalam relasi?
Tanda-tanda awal sebuah relasi dengan kekerasan adalah hilangnya prinsip-prinsip relasi yang sehat dalam relasi tersebut. Prinsip-prinsip tersebut adalah: saling menghormati, adanya rasa aman, saling mendukungm bisa menjadi diri sendiri, adanya rasa keadilan dan kesetaraan, adanya penerimaan satu sama lain, adanya kejujuran, rasa saling percaya serta komunikasi diantara pihak yang terlibat dalam relasi.

Apa sajakah bentuk kekerasan itu?



  1. Kekerasan Fisik--kekerasan yang ditujukan untuk menyakiti secara fisik, dengan melakukan pemukulan, menggoyang tubuh dengan keras, melemparkan benda ke arah korban, mendorong, mengigit, menggunakan senjata hingga berujung pada penghilangan nyawa seseorang.
  2. Kekerasan Verbal/Emosional--menghina keyakinan, berbohong, mengejek, memberi sebutan jelek, gendut, bego, homo, dll.
  3. Kekerasan Ekonomi--dimanfaatkan secara ekonomi oleh pasangan, atau dilarang bekerja untuk mendapatkan sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan.
  4. Kekerasan Sosial--melarang seseorang untuk berkegiatan sosial, berteman, terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu bersama orang lain yang bakal menunjang aktualitas dirinya.
  5. Kekerasan Seksual--memaksa melakukan hubungan seks, menggunakan seks tanpa pengaman, memaksa untuk melakukan bentuk perilaku seksual yang tidak diinginkan.
  6. Kekerasan Digital/Cyber Crime --Penggunaan media teknologi/jejaring sosial untuk mengintimidasi, melecehkan atau menakut-nakuti pasangan atau mantan. Termasuk di dalamnya meminta paksa password, mengecek isi handphone, membully via cyber, mengirim pesan/gambar tidak senonoh, mengancam via sms, atau stalking (memata-matai) Facebook dan media sosial lain.
  7. Kekerasan Negara/Institutional--kekerasan yang dilakukan negara/institusi dengan memberlakukan aturan yang melarang seseorang untuk menjalin relasi personal dengan orang lain. Hal ini melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)
Bagaimana Cara Keluar dari Relasi yang Abusif:Kekerasan?
  • Berpikirlah bagaimana caranya untuk tetap aman. Misal tidak berada pada kondisi berdua saja dengan pelaku.
  • Kalau pergi dengan pasangan, usahakan beramai-ramai dan menghindari tempat sepi.
  • Pastikan orang lain tahu kemana kalian pergi, dengan siapa dan jam berapa akan kembali.
  • Pastikan telepon bisa dihubungi, jika berada dalam situasi yang tidak nyaman, teleponlah seseorang. Bicarakan pada orang lain yang bisa dipercaya jika merasa takut dalam sebuah relasi.
  • Lapor pada pihak berwajib. Telepon 119.
    (dari berbagai sumber)

    PROGRAM SEKSI DI SMP 1 SURABAYA: WE SHALL RETURN....

    20.59 0 Comments A+ a-

    Tidak terasa, ngobrol-ngobrol bareng teman-teman SEKSI dari Spensa sudah mencapai sesi akhir. Ketika kami mengabarkan bahwa diskusi dua mingguan untuk semester ini mesti di-paused dulu, salah satu dari mereka menyatakan kekecewaannya dengan wajah lesu: "Lhoooo kenapa gak ada sesi 1 Juni? Kenapa?" rengek Sara.

    Kami menjelaskan bahwa untuk sementara, mereka mesti fokus UAS (Ujian Akhir Sekolah) dulu, merefreshkan diri dengan liburan, kemudian belajar cara mendengarkan yang efektif untuk teman yang sedang curhat permasalahan mereka. Menyadari bahwa kami akan kembali, mereka ceria lagi.

    Kelekatan antara mahasiswa SEKSI dengan adik-adiknya pun tak kalah mengharukannya, mereka merasa senang berkumpul dengan adik-adik SMP, kangen kalau lama tidak bisa datang dengan berjibunnya tugas-tugas kuliah atau aktivitas lain. "Duuh maaf teman-teman saya gak bisa ikut ke Spensa karena ada pelatihan di Sanggar [unit kegiatan kampus lainnya-red], padahal saya kangen banget sama adek-adek.... Bener lho, Bu... saya kangen mereka. Gak tahu juga kenapa." Demikan kata Rika Wulan Novitaingtyas, mahasiswa angkatan 2010.

    Selain kelekatan emosional, ada yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan SEKSI bisa menambah kepercayaan diri mereka untuk menghandle forum, berbicara di depan umum, maupun organising aktivitas pelatihan.

    Selama kurun waktu Desember 2012-Mei 2013, kegiatan SEKSI dilakukan dengan metode beragam: bermain, berdiskusi, bermain drama sampai nonton bareng. Topiknya pun macam-macam. Dari mulai mengenal diri sebagai tubuh seksual, gender di sekitar kita, membangun kelompok peduli, relasi yang sehat, cinta dan pacaran, keberagaman orientasi seksual, seks dan pornografi, hingga kekerasan dalam pacaran.

    Siswa seksi yang pada awalnya berjumlah 20 orang, mengalami penyeleksian alamiah. Hingga akhir kegiatan diskusi, terdapat sepuluh anak yang benar-benar menunjukkan komitmen serius mereka terhadap kegiatan ini. Hal-hal yang ditengarai membuat kegiatan ini memiliki angka drop-out cukup besar adalah sebagai berikut:
    1. Jadwal yang dialokasikan pada Hari Sabtu yang notabene merupakan hari libur dan hari keluarga bagi mereka.
    2. Hari Sabtu juga berarti hari bangun siang, hingga banyak dari mereka yang bangun kesiangan dan kemudian memutuskan untuk tidak datang karena ada perasaan sungkan jika datang terlambat.
    3. Hari Sabtu bagi Spensa adalah hari ekstra kurikuler, sehingga mengharuskan beberapa teman yang aktif untuk kemudian memilih mana yang lebih diberati. Dan kenyataan bahwa kesadaran akan pentingnya pengetahuan seksualitas dan kesehatan reproduksi masih minim, membuat kegiatan ini tidak menjadi prioritas mereka.
    Untuk itu alangkah baiknya apabila program-program seperti ini dan program-program pembentukan karakter lainnya, dimasukkan dalam kurikulum sekolah.Pembentukan karakter tak kalah pentingnya dibanding pembentukan intelektual bagi remaja.

    Support dari orang tua dan pihak-pihak terkait sangat diperlukan, mengingat sebelumnya, ada beberapa alasan mengapa program ini agak sulit diterima oleh sekolah. Pertama, kegiatan sekolah yang sudah sangat padat sehingga seolah mengalami kesulitan untuk mengalokasikan waktu. Kedua, terbatasnya resource dari pihak sekolah untuk turut mendampingi siswa melakukan kegiatan. Ketiga, sulitnya berargumentasi dengan pihak diknas untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan baru terkait pelaporan di akhir kegiatan.

    Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak Spensa, atas kesediannya dan keberaniannya
    menjadi sekolah rintisan yang peduli kesehatan seksual dan reproduksi siswa. Semoga sesi-sesi berikutnya berjalan lancar dan program ini bisa dilakukan secara berkesinambungan, untuk bisa sustainable dan dilakukan secara mandiri oleh sekolah nantinya.

    VIVA KSGK, VIVA SPENSA.... SEKSI!


    #mazdafiah