Refleksi Pelatihan Konseling Feminis Dasar

21.40 0 Comments A+ a-


Oleh : Albertus Christian
                Embel-embel “feminis” di belakang kata konseling membuat saya tertarik untuk mengikuti acara ini. Apa yang membedakan konseling feminis dari konseling pada umumnya? Pada hari pertama, kami belajar mengenai dasar-dasar dari feminisme yang memang berawal dari tertindasnya perempuan secara struktural oleh laki-laki yang memang mendominasi di atas laki-laki. Dalam melakukan konseling, saya juga mendapatkan perspektif baru mengenai sebuah asumsi dalam melakukan advokasi konseling, yaitu bahwa seorang perempuan dibiasakan untuk menyimpan cerita, entah itu aib keluarga, aib suami atau mengenai dirinya, sehingga ketika ada seorang perempuan yang dating ke kita, maka kita dapat berasumsi bahwa dirinya sedang sangat membutuhkan bantuan.
                Dalam melakukan konseling feminis, disampaikan oleh fasilitator bahwa kekerasan yang terjadi dalam kasus-kasus yang ada saat ini biasanya tidak bersifat kontinuitas atau terus-menerus, melainkan juga dalam bentuk siklus yang secara keseluruhan terdiri dari “dikerasin” dan “disayang” sehingga pada umumnya korban akan merasa sulit untuk melepaskan pelaku. Di akhir sesi, kami juga melakukan sharing mengenai kasus-kasus yang pernah kami dengarkan atau diceritakan ke kami dan berhubungan dengan konseling ini.
              Setelah itu, di minggu kedua kami mendapatkan pembekalan mengenai Teknik-teknik konseling, bagaimana etika dalam melakukan konseling dan yang paling penting adalah: ketika kita masih baru mulai kita perlu melakukan konseling sesuai peraturan, namun setelah jam terbang tinggi, baru kita bisa ber-improvisasi. Contohnya saja saat ada klien yang jatuh cinta dengan kita sebagai konselor, kita tidak harus selalu buru-buru me-refernya ke konselor lain. Justru hal ini bisa menjadi sumber daya bagi kita dalam melakukan konseling.
               Di minggu terakhir, kami melakukan Teknik-teknik konseling yang telah kami pelajari serta melengkapi konsep feminisme dari Bu Tiwi yang kami dapat di minggu pertama. “belief yang merendahkan kemanusiaan, itulah belief yang harus kita hilangkan dalam melakukan konseling feminis”. Sejauh ini, saya senang karena ini sangat menambah persepktif gender dan feminisme saya.