Refleksi Pelatihan Konseling Feminis Dasar
Oleh : Albertus Christian
Embel-embel
“feminis” di belakang kata konseling membuat saya tertarik untuk mengikuti
acara ini. Apa yang membedakan konseling feminis dari konseling pada umumnya?
Pada hari pertama, kami belajar mengenai dasar-dasar dari feminisme yang memang
berawal dari tertindasnya perempuan secara struktural oleh laki-laki yang
memang mendominasi di atas laki-laki. Dalam melakukan konseling, saya juga
mendapatkan perspektif baru mengenai sebuah asumsi dalam melakukan advokasi
konseling, yaitu bahwa seorang perempuan dibiasakan untuk menyimpan cerita,
entah itu aib keluarga, aib suami atau mengenai dirinya, sehingga ketika ada
seorang perempuan yang dating ke kita, maka kita dapat berasumsi bahwa dirinya
sedang sangat membutuhkan bantuan.
Dalam melakukan
konseling feminis, disampaikan oleh
fasilitator bahwa kekerasan yang terjadi dalam
kasus-kasus yang ada saat ini biasanya tidak bersifat kontinuitas atau
terus-menerus, melainkan juga dalam bentuk siklus yang secara keseluruhan
terdiri dari “dikerasin” dan “disayang” sehingga pada umumnya korban akan
merasa sulit untuk melepaskan pelaku. Di akhir sesi, kami juga melakukan sharing mengenai kasus-kasus yang pernah
kami dengarkan atau diceritakan ke kami dan berhubungan dengan konseling ini.
Setelah itu, di
minggu kedua kami mendapatkan pembekalan mengenai Teknik-teknik konseling,
bagaimana etika dalam melakukan konseling dan yang paling penting adalah:
ketika kita masih baru mulai kita perlu melakukan konseling sesuai peraturan,
namun setelah jam terbang tinggi, baru kita bisa ber-improvisasi. Contohnya
saja saat ada klien yang jatuh cinta dengan kita sebagai konselor, kita tidak
harus selalu buru-buru me-refernya ke konselor lain. Justru hal ini bisa
menjadi sumber daya bagi kita dalam melakukan konseling.
Di minggu
terakhir, kami melakukan Teknik-teknik konseling yang telah kami pelajari serta
melengkapi konsep feminisme dari Bu Tiwi yang kami dapat di minggu pertama.
“belief yang merendahkan kemanusiaan, itulah belief yang harus kita hilangkan
dalam melakukan konseling feminis”. Sejauh ini, saya senang karena ini sangat
menambah persepktif gender dan feminisme saya.