Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

KEKERASAN TERHADAP USILA

Kekerasan Terhadap Usila didefinisikan sebagai [1]
Secara umum kkerasan terhadap usila didefinisikan sebagai sebuah tindakan pwngabaian   baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kekerasan tersebut bisa berupa fisik, psikologis (melibatkan agresi verbal maupun emosional), atau melibatkan maltreatment (salah urus) secara material maupun finansial.

Jenis-jenis Kekerasan terhadap usila:
  1. Kekerasan Fisik  : memukul, memperlakukan secara kasar yang menyakiti fisik.
  2. Kekerasan Emosional atau v\Verbal  : melakukan diskriminasi berdasarkan usia, menghina, menyakiti dengan kata-kata, merendahkan, mengintimidasi, menuduh semena-mena, menyebabkan stress dan merendahkan.  
  3. Kekerasan Finansial  : menguasai dan mengontrol penghasilan pensiun, mencuri hak milik, mengeksploitasi dan memaksa mereka untuk merawat cucu.
  4. Kekerasan Seksual  : hubungan seks sedarah, perkosaan dan kekerasan terkait seks.
  5. Pengabaian  : hilang rasa hormat pada orang tua, tidak menunjukkan rasa saying, dan tidak tertarik pada peningkatan kesejahteraan mereka.
  6. Accusations of witchcraft – stigmatization and ostracization.
  7. Kekerasan Sistem  : perawatan kesehatan bagi usila yang tidak manusia oleh pusat layanan kesehatan, kantor kas negara dan peminggiran usila yang dilakukan oleh pemerintah.  
          #mazdafiah





[1] http://www.who.int/violence_injury_prevention/violence/global_campaign/en/chap5.pdf

MENJADI LESBIAN DAN RESPON ORANGTUA: KISAH ISK DAN IDK


Peneliti : Adelina Bintang Mahasika dan Atha Bimasika

Deskripsi Penelitian      
Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap proses coming out pada lesbian. Alih-alih memotret coming out yang berujung konflik antara anak versus orangtua, penelitian ini melihat bahwa ada orangtua yang menerima keberadaan anaknya sebagai lesbian. Latar belakang penerimaan orangtua didasari pemikiran bahwa keberadaan anaknya sebagai lesbian adalah karena keslahan yang mereka lakukan. Perasaan bersalah ini melahirkan penerimaan yang berujung harapan bahwa anak-anak mereka akan kembali “normal” seperti anak-anak perempuan lainnya.

Keadaan ini rasanya perlu dijawab oleh peran konselor atau psikolog yang mampu meyakinkan mereka bahwa lesbian bukan produk kesalahan orangtuanya, mekainkan semata-mata adalah varian dari keberagaman orientasi seksual.

HOMOSEKSUALITAS DI MATA FUJOSHI DAN FUDANSHI SURABAYA


Peneliti                                                : Fidy Ramzielah Famiersyah dan Theresia Pratiwi ESS

Deskripsi Penelitian      
Penelitian ini lahir dari maraknya gelombang masuknya anime Jepang. Dalam anime terdapat genre cerita yang bertema homoseksual. Di Indonesia, genre ini juga memiliki penggemarnya sendiri. Apakah anime membantu penggemarnya untuk membentuk sikap toleransi bahkan penerimaan terhadap fenomena homoseksual di dunia nyata atau hanya penerimaan pada batas-batas tertentu?

Metode penelitian adalah FGD dan wawancara bersama. Pada FGD diputarkan scene cuplikan adegan romantis homoseksual dari mulai yang ringan berciuman, petting, hingga berhubungan seks. Analisis dilakukan dengan melihat jarak sosial pada individu dalam menyikapi sesuatu.
Hasilnya menunjukkan bahwa para Fujoshi dan Fudanshi tersebut agaknya belum bisa menerima secara penuh keberadaan homoseksual di dunia nyata. Homoseksual bisa lebih diterima apabila memiliki jarak sosial yang lebih jauh dengan mereka. Misalnya, akan lebih diterima apabila homoseksual tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan apapun dengan peneliti dan lebih ditolak apabila memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan mereka.

Review Penelitian
Konteks manga atau anime ditulis dengan baik, terkait  pasar dan teknologi serta sebaran budaya pop Jepang. Sosial kontek Indonesia juga digambarkan dengan apik, seksualitas masih tabu - alasan perlunya melihat manga dan anime . Fantasi para pembaca manga terkait dengan fantasi seksual dan identitas seksual – belajar ketubuhan yang terkait dengan identitas seksualnya Heteronormatifitas masih kuat dikalangan responden – mengapa? Perlu analisis yang mendalam tentang konsep othering : orang lain boleh menjadi homoseksual,  tapi tidak aku atau keluargaku atau mungkin orang2 yang dekat dengan aku 

Transgender Day of Remembrance #TDoR


Hai Semua!
Apakah kalian tahu hari ini hari apa?
Hari ini adalah Transgender Day of Remembrance.
Transgender itu adalah seorang yang mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai gender yang lawan jenis. Terdapat dua jenis transgender, yaitu transgender dari laki-laki ke perempuan (waria/trans men) dan transgender dari perempuan ke laki-laki (priawan/trans woman).
Nah, hari Transgender Day of Remembrance atau yang biasa disingkat TDoR ini adalah hari untuk mengingat mereka-mereka kaum transgender yang dibunuh oleh para transphobia. Transphobia sendiri adalah orang-orang yang memiliki ketakutan berlebih terhadap teman-teman kita yang transgender.

Untuk mengingat itu semua, maka dibuatlah hari Transgeder Day of Remembrance yang di tetapkan setiap tanggal 20 November. Hari ini ditetapkan pada tahun 1998 oleh Gwendolyn Ann Smith. Gwendolyn Ann Smith ini adalah seorang graphic designer yang trans woman, penulis artikel di koran (collumnist), dan seorang aktivis. #TDoR ini dilaksakanan setiap tanggal 20 November untuk mengingat pembunuhan dari Rita Hester di Allston, Massachusetts. Rita Hester adalah seorang African American transmen yang terbunuh pada tanggal 28 November 1998. Bukan hanya seorang trans men, dia juga seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak transgender. Rita dibunuh sekitar pukul 18.20, hal tersebut dilaporkan oleh seorang tetangganya bahwa terdapat gangguan di kediaman Rita. Pada saat itu, Rita dilarikan ke Rumah Sakit Beth Israel Deaconess dan dinyatakan meninggal sesaat setelah kedatangannya. Dalam penyelidikan mengenai kasus ini, Rita ditemukan sedang dalam serangan jantung sesaat setelah ditikam beberapa kali. Untuk mengingat akan pembunuhan tersebut, masyarakat yang bersedih dan marah akan insiden itu, mereka menyalakan lilin yang diadakan pada hari jum’at berikutnya (4 Desember). Partisipan dalam event tersebut sebanyak 250 orang.

(Harry - Dari berbagai macam sumber)

CIRI-CIRI KORBAN KEKERASAN

Suatu hari saya bertanya pada seorang teman, "Jika pasanganmu selingkuh atau melakukan kekerasan bentuk lain terhadapmu, apakah dirimu akan bercerita pada temanmu?" Ia menjawab dengan cepat. "Ya jelas enggaklah, gila apa?"

Kehormatan keluarga itu penting untuk dijaga. Hal-hal buruk yang dilakukan oleh seorang anggota keluarga harus dijaga kerahasiaannya. Apabila anggota keluarga melakukan kesalahan kita harus mensupportnya, tak kenal kata menyerah untuk mengubahnya menjadi orang baik, bahkan jika kita hanya mampu berdoa. Mikul dhuwur mendem jero, demikian kata orang Jawa.

Karena korban lebih memilih untuk diam, alhasil banyak sekali kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang tak terungkap, dan membiarkan korban menderita berkepanjangan bahkan hingga kehilangan nyawa.

Tidak mungkinkah kita mengenali korban kekerasan di sekeliling kita? Berikut ini ada beberapa tandanya:
  • Dicemburui terus sama pasangan.
  • Berubah pembawaan dari biasanya, menjadi lebih pendiam, moody, depresi, ngeyelan dlsb.
  • Terlalu sering dicek sama pasangan, dimana, sama siapa, lagi ngapain...
  • Ada bekas membiru di bagian tubuh yang tidak bisa dia jelaskan sebabnya.
  • Selalu melakukan sesuatu dengan alasan "demi pasangan"
  • Sering menyalahkan diri sendiri untuk perilaku pasangan yang tidak baik.
  • Nilai-nilai akadamis atau performa kerja menurun.
  • Jadi penyendiri. Marah-marah setelah dihubungi pasangan.
  • Takut membuat pasangan marah.
  • Bercerita pernah diperlakukan pasangan seperti: didiamkan, dipermalukan, dipaksa-paksa melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.
Apa yang bisa dilakukan jika melihat seseorang berada pada relasi yang demikian?
  • Jika menemukan tanda-tandanya, bersikap pedulilah dengan menanyakan keadaannya.
  • Jika ia bercerita, ingatkan akan hak-haknya..
  • Jika sulit baginya untuk bernegosiasi dengan pasangan, berbicaralah pada pihak yang memeiliki concern terhadap issu kekerasan seperti Women Crisis Centre (WCC) atau pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti melalui jalur hukum


#mazdafiah


INI DIA CIRI-CIRI PELAKU KEKERASAN...

Memilih pasangan itu seperti membeli kucing dalam karung, demikian kata pepatah lama. Tak jarang orang yang kita cintai ternyata tega melakukan hal-hal menyakitkan yang kita tidak bisa menerimanya.  Supaya tidak menyesal di kemudian hari, bisakah kita melakukan pre-selection mating terhadap orang yang kita taksir?

Berikut beberapa tanda yang bisa dijadikan acuan menandai apakah seseorang itu berpotensi melakukan kekerasan.
  • Melakukan kekerasan jika marah. Kekerasan tersebut tidak harus ditujukan pada pasangan, namun juga kepada siapa saja yang membuatnya marah.
  • Berbicara dengan cara tidak hormat pada pasangan, atau sering menjatuhkan perasaannya, membuat pasangan berkecil hati dan minder.
  • Berkoar-koar kalau pasangannya adalah orang yang selalu menuruti apa katanya.
  • Selingkuh, tapi tidak membolehkan dan memberikan maaf apabila pasangan melakukan hal yang sama.
  • Terobsesi untuk selalu bisa tahu pasangannya sedang ngapain, dimana, sama siapa...
  • Mencoba mengontrol, mengatur-atur anggota keluarganya apabila di rumah.
  • Mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah normal dan perlu dilakukan.
  • Sering bertengkar/berkelahi dengan orang lain.
  • Punya rekam jejak pernah melakukan hal kriminal.
  • Kejam terhadap binatang piaraan dan sering menghancurkan benda-benda di sekitarnya.
  • Menyalahkan orang lain, menjadikan orang lain alasan bagi kegagalan atau masalah yang dia hadapi.
  • Percaya bahwa cemburu adalah tanda cinta.
Adakah tanda-tanda itu pada pasanganmu?


#mazdafiah