KEKERASAN TERHADAP USILA

21.18 0 Comments A+ a-

Kekerasan Terhadap Usila didefinisikan sebagai [1]
Secara umum kkerasan terhadap usila didefinisikan sebagai sebuah tindakan pwngabaian   baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kekerasan tersebut bisa berupa fisik, psikologis (melibatkan agresi verbal maupun emosional), atau melibatkan maltreatment (salah urus) secara material maupun finansial.

Jenis-jenis Kekerasan terhadap usila:
  1. Kekerasan Fisik  : memukul, memperlakukan secara kasar yang menyakiti fisik.
  2. Kekerasan Emosional atau v\Verbal  : melakukan diskriminasi berdasarkan usia, menghina, menyakiti dengan kata-kata, merendahkan, mengintimidasi, menuduh semena-mena, menyebabkan stress dan merendahkan.  
  3. Kekerasan Finansial  : menguasai dan mengontrol penghasilan pensiun, mencuri hak milik, mengeksploitasi dan memaksa mereka untuk merawat cucu.
  4. Kekerasan Seksual  : hubungan seks sedarah, perkosaan dan kekerasan terkait seks.
  5. Pengabaian  : hilang rasa hormat pada orang tua, tidak menunjukkan rasa saying, dan tidak tertarik pada peningkatan kesejahteraan mereka.
  6. Accusations of witchcraft – stigmatization and ostracization.
  7. Kekerasan Sistem  : perawatan kesehatan bagi usila yang tidak manusia oleh pusat layanan kesehatan, kantor kas negara dan peminggiran usila yang dilakukan oleh pemerintah.  
          #mazdafiah





[1] http://www.who.int/violence_injury_prevention/violence/global_campaign/en/chap5.pdf

DISKURSUS ALTERNATIF TENTANG TRANSGENDER: STUDY KASUS CITRA TRANSGENDER DALAM TALK SHOW "HITAM PUTIH"

04.42 0 Comments A+ a-

    Peneliti: Aditya Nur Patria dan Sri Andiani

Deskripsi Penelitian       :
Penelitian ini merupakan analisis media dengan menggunakan metode analisis wacana yang diusung oleh James Paul Gee. Dalam sebuah teks, bahasa memiliki peran penting dalam mengkonstruksi citra yang hendak dimunculkan oleh pembuat teks. Selain bahasa, elemen multimodal seperti gambar, gestur, dan lagu juga berperan dalam mendukung citra yang dimunculkan.

Dalam talk show Hitam Putih, hasil analisis aspek naratif dan non naratif menunjukkan bahwa sisi “transgender” atau gender yang berada di antara laki-laki dan perempuan tidak menjadi penekanan dalam talk show ini. Talk show ini menekankan bahwa bintang tamu tersebut adalah seorang wanita, baik dari sisi penampilan maupun psikologi. Meskipun secara biologis masih laki-laki, bintang tamu dalam talk show ini direpresentasikan sebagai sosok wanita secara penampilan, psikologis, maupun sosial. Selain itu, citra transgender disini juga tampak positif dengan memiliki prestasi-prestasi yang cukup banyak. Di sisi lain, atribut-atribut ke-wanita-an yang didapat oleh bintang tamu tersebut merupakan dari lahir dan bukan merupakan rekayasa. Secara keseluruhan, citra-citra tersebut membentuk sebuah diskursus alternatif tentang transgender yang pada diskursus umum sering menampilkan transgender sebagai sosok yang negatif.

Namun demikian, pada saat yang sama, tampak melalui pertanyaan yang disampaikan oleh Deddy Corbuzer bahwa dia masih belum menganggap Dena sebagai wanita sepenuhnya. Meskipun menampilkan transgender sebagai sosok yang positif, acara ini juga masih memiliki bias terhadap heteronormativitas yang berakar kuat dalam masyarakat. Selain itu terdapat kesan double standard dalam penerimaan sosial terhadap kaum non-heteroseksual dimana mereka baru diterima apabila memiliki karya atau sebuah pencapaian. Selain itu, bias kelas juga muncul dalam acara ini dimana terkesan bahwa kaum non-heteroseksual yang berasal dari kelas menengah ke atas cenderung lebih mudah diterima daripada yang bukan dari kelas menengah ke atas.

Review Penelitian          

Analisis discourse pilihan yang pas. Pilihan talk show dan prime time menjadi menarik untuk memahami bagaimana citra waria dipaparkan. Dena ditampilkan bukan hanya melawan gender tradisional dengan kaca mata “biasa” – trapped in man’s body, feel and think as a woman, others treated badly, diejek, konflik dlm keluarga – dan “tidak biasa” – cerita prestasi dan sukses, diterima dgn baik oleh keluarga dan teman-teman. Perlu dipertajam masalah: hal-hal yang normatif masih cukup kuat ditampilkan terkait waria, seperti misalnya waria adalah “perempuan”  baik-baik dengan pendidikan tinggi, kesuksesan dan segudang prestasi. Selain itu, kewariaan seseorang tidak melulu bawaan dari lahir melainkan juga karena pengaruh lingkungan.

MENJADI LESBIAN DAN RESPON ORANGTUA: KISAH ISK DAN IDK

04.39 0 Comments A+ a-


Peneliti : Adelina Bintang Mahasika dan Atha Bimasika

Deskripsi Penelitian      
Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap proses coming out pada lesbian. Alih-alih memotret coming out yang berujung konflik antara anak versus orangtua, penelitian ini melihat bahwa ada orangtua yang menerima keberadaan anaknya sebagai lesbian. Latar belakang penerimaan orangtua didasari pemikiran bahwa keberadaan anaknya sebagai lesbian adalah karena keslahan yang mereka lakukan. Perasaan bersalah ini melahirkan penerimaan yang berujung harapan bahwa anak-anak mereka akan kembali “normal” seperti anak-anak perempuan lainnya.

Keadaan ini rasanya perlu dijawab oleh peran konselor atau psikolog yang mampu meyakinkan mereka bahwa lesbian bukan produk kesalahan orangtuanya, mekainkan semata-mata adalah varian dari keberagaman orientasi seksual.

HOMOSEKSUALITAS DI MATA FUJOSHI DAN FUDANSHI SURABAYA

04.36 0 Comments A+ a-


Peneliti                                                : Fidy Ramzielah Famiersyah dan Theresia Pratiwi ESS

Deskripsi Penelitian      
Penelitian ini lahir dari maraknya gelombang masuknya anime Jepang. Dalam anime terdapat genre cerita yang bertema homoseksual. Di Indonesia, genre ini juga memiliki penggemarnya sendiri. Apakah anime membantu penggemarnya untuk membentuk sikap toleransi bahkan penerimaan terhadap fenomena homoseksual di dunia nyata atau hanya penerimaan pada batas-batas tertentu?

Metode penelitian adalah FGD dan wawancara bersama. Pada FGD diputarkan scene cuplikan adegan romantis homoseksual dari mulai yang ringan berciuman, petting, hingga berhubungan seks. Analisis dilakukan dengan melihat jarak sosial pada individu dalam menyikapi sesuatu.
Hasilnya menunjukkan bahwa para Fujoshi dan Fudanshi tersebut agaknya belum bisa menerima secara penuh keberadaan homoseksual di dunia nyata. Homoseksual bisa lebih diterima apabila memiliki jarak sosial yang lebih jauh dengan mereka. Misalnya, akan lebih diterima apabila homoseksual tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan apapun dengan peneliti dan lebih ditolak apabila memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan mereka.

Review Penelitian
Konteks manga atau anime ditulis dengan baik, terkait  pasar dan teknologi serta sebaran budaya pop Jepang. Sosial kontek Indonesia juga digambarkan dengan apik, seksualitas masih tabu - alasan perlunya melihat manga dan anime . Fantasi para pembaca manga terkait dengan fantasi seksual dan identitas seksual – belajar ketubuhan yang terkait dengan identitas seksualnya Heteronormatifitas masih kuat dikalangan responden – mengapa? Perlu analisis yang mendalam tentang konsep othering : orang lain boleh menjadi homoseksual,  tapi tidak aku atau keluargaku atau mungkin orang2 yang dekat dengan aku 

PELANGI CANTIK TERTUTUP AWAN KELABU

18.21 0 Comments A+ a-

      Judul Penelitian          : Pelangi Cantik Tertutup Awan Kelabu
Peneliti                        : Livia Nathania Setiawan dan Isa Tridjoyo
Deskripsi penelitian 
Penelitian ini berlatar belakang kepedulian terhadap kurang berkembangnya organisasi lesbian jika dibandingkan dengan organisasi Gay di Surabaya. Organisasi lesbian mengalami patah tumbuh hilang berganti, namun tidak sempat menjadi besar seperti halnya organisasi Gay, meskipun mereka memulai pergerakan secara bersama-sama.   Fokus kajian penelitian ini adalah melihat tantangan yang selama ini dialami organisasi lesbian untuk tumbuh besar dan kuat, serta strategy mereka dalam menghadapi tantangan tersebut.  Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan lesson learnt serta memberikan alternatif masukan bagi kelompok lesbian terkait bentuk dan strategi menghadapi tantangan dalam berorganisasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah oral history, dengan teknik pengambilan data melakukan wawancara kepada para aktivis lesbian baik yang masih aktif atau pun yang sudah mengundurkan diri dari pergerakan.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor penyebab konflik organisasi lesbian yaitu, konflik antar pasangan yang berpotensi berkembang menjadi konflik antar kelompok atau organisasi, gaya kepemimpinan autokrasi, ketergantungan pada funding, keuangan organisasi yang tidak transparan, kurangnya profesionalitas dan komitmen kerja anggota kelompok, tidak meratanya kesempatan pengembangan diri bagi anggota kelompok, gaya komunikasi antar anggota kelompok yang kurang sehat, dan stigma pada kelompok lain yang menyebabkan konflik antar kelompok.

Tawaran alternatif terkait hasil temuan ini bagi organisasi lesbian adalah, meminimalisir dampak konflik interpersonal dengan mengembalikan demi kepentingan yang lebih besar (organisasi), pemilihan ketua dilakukan bukan hanya di dalam anggota kepengurusan saja tetapi juga melibatkan suara dari anggota-anggota lesbian yang lain. Organisasi lesbian juga harus memikirkan sumber dana alternatif sehingga tidak terlalu tergantung pada donor. Pemerataan kesempatan pengembangan diri, transparansi keuangan, asertif dalam penyelesaian konflik, dan penuntasan setiap konflik yang munculada agar tidak terjadi akumulasi konflik.  

*Untuk mengetahui hasil penelitian selengkapnya, silakan hubungi kami di ksgk.ubaya@gmail.com, sebagai bentuk penghargaan kami terhadap HAKI persetujuan dari peneliti diperlukan.

KARENA WARIA INGIN DIMENGERTI

18.15 0 Comments A+ a-

       Judul Penelitian          : Karena Waria Ingin Dimengerti: Makna Pernikahan bagi Waria
Peneliti                           : Aditya Vonan Mainzerino
Deskripsi Penelitian  :
Penelitian ini  berawal dari keingintahuan peneliti tentang makna pernikahan bagi waria setelah melihat relasi waria dengan pasangannya yang sudah memiliki istri. Adakah keinginan akan pernikahan? Bagaimana mereka mengatasi keinginan tersebut dalam konteks budaya Indonesia? Menggunakan metode study kasus dan mewawancarai 3 waria secara bersama-sama, peneliti melihat dinamika pemaknaan relasi selama wawancara tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waria memiliki kesadaran bahwa keinginan akan pernikahan adalah tidak mungkin terwujud. Bentuk relasi dengan pasangan yang sekarang adalah hasil negosiasi antara keinginan dan kenyataan terkait budaya Indonesia yang masih tidak membolehkan keberadaan perkawinan waria di Indonesia. 

*Untuk mengetahui hasil penelitian selengkapnya, silakan hubungi kami di ksgk.ubaya@gmail.com, sebagai bentuk penghargaan kami terhadap HAKI persetujuan dari peneliti diperlukan.

YOUNG RESEARCHER COLLABORATIVE RESEARCH (YRCR) PROGRAM

17.51 0 Comments A+ a-


Sepuluh peneliti muda YRCR telah bekerja keras untuk menyelesaikan penelitian mereka selama lebih kurang satu tahun. YRCR merupakan program penelitian kolaborasi antara peneliti yang berbasis akademis dan aktivis LGBTIQ tentang topik-topik terkait LGBTIQ dengan perspektif SOGIEB (Sexual Orientation, Gender, Identity, Expression and Behavior).

LATAR BELAKANG PROGRAM
Program ini lahir karena masih banyaknya penelitian mengenai LGBT yang dilakukan oleh kalangan ademisi memiliki bias heteronormativitas, seperti misalnya masih memiliki steretypes yang dilekatkan kepada LGBT seperti abnormal, pendosa dan menular. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, mahasiswa dan supervisornya biasanya masih menggunakan alat ukur dan standard heteroseksual, dan masih mengandalkan konsep akademis yang sudah out of date untuk menjelaskan issu-issu terkait LGBT. Analisis penelitian yang dilakukan pada akhirnya gagal menjelaskan konteks LGBT yang spesifik dan hanya mengkonfirmasi teori-teori mengenai kehidupan LGBTQ yang selama ini ada.  Kedua, kurangnya perspektif SOGIE pada mahasiswa tidak memerhitungkan konteks spesifik LGBT sebagai faktor penting yang membedakan analisis. Ketiga, mahasiswa yang  hampir tidak pernah terlibat atau berinteraksi secara langsung dengan LGBT, mengalami kesulitan memasuki kehidupan LGBT. Enggan dan cemas untuk memasuki kehidupan mereka. Alhasil, analisis penelitian dihasilkan dari pertemuan yang singkat dengan mereka. Untuk kemudian pergi dan tak kembali setelah penelitian usai dan mereka mendapatkan gelar akademis yang mereka inginkan. LGBT hampir-hampir tidak merasakan manfaat atau tindak lanjut dari penelitian tersebut. Keempat, LGBT memiliki kebutuhan untuk menyuarakan kepentingan mereka yang setidaknya bisa dianggap kredible oleh “dunia ilmiah.” Namun demikian, LGBT memiliki keraguan/sakit hati untuk bekerja bersama peneliti non-LGBT atau peneliti dengan background universitas, karena kecurigaan akan dieksploitasi dan hanya menjadi objek penelitian. 
TUJUAN PROGRAM
Untuk mengubah kebiasaan penelitian akademis  tersebut, dan menghapus keraguan kedua-belah pihakm KSGK melatih 5 peneliti muda aktivis/LGBT dan 5 peneliti muda non-LGBT/akademis yang berusia antara 18-25 yang akan melakukan penelitian kolaboratif mengenai issu-issu keberagaman. Kegiatan ini diharapkan mampu menciptakan peneliti muda yang bisa meruntuhkan stigma dan stereotipe yang menghalangi kedua belah pihak untuk bersatu dan bekerja sama. Dengan demikian, akan terbentuk suatu pemahaman yang  lebih baik bagi kehidupan manusia dan keberagamannya.
Kesepuluh peneliti ini telah melalui rangkaian kegiatan sebagai berikut:
  1. Pelatihan pengayaan perspektif SOGIEB
  2. Pelatihan perencanaan penelitian dan turun lapangan
  3. Penelitian kolaboratif terkait isu LGBTIQ
Dari Program ini dihasilkan 6 penelitian yang akan disajikan secara terpisah dalam tulisan berseri. Stay tuned! 

Berikut ini Dokumentasi kegiatannya. 

Perspetif SOGIEB bersama DR. Dede Oetomo
Fiel Visit. Taman Bungkul Surabaya
Field Visit. Taman Bungkul Surabaya
Sharing Progress Penelitian




Sharing Progress Penelitian


penulis: #mazdafiah

TRAINING SEKSUALITAS VI 2015

17.25 0 Comments A+ a-

HOT!!!!
Teman-teman remaja,

Sekali lagi, KSGK bakal mengadakan Training Seksualitas  untuk orang muda.
Kali ini kurikulumnya lebih muda dan lebih fun!

Dalam Training ini kita akan memahami tema besar berikut:
1. Siapa Diri Kita?
2. Bagaimana kita membangun relasi dengan orang lain (orangtua, teman, maupun pacar)?
3. Seksualitas ternyata tidak hanya masalah Seks, tapi juga politik dan budaya. Bagaimana bisa
    demikian?

Berbeda dari training-training sebelumnya, training yang sekarang ditujukan agar kalian bisa sharing dengan adik-adik kalian di SMP maupun SMA setelah training usai.
So, pengetahuan seksualitas ini tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tapi juga berguna bagi orang lain.

Tunggu kabar selanjutnya, yaa....