PARENTAL ABUSE DAN COPINGNYA*

21.33 0 Comments A+ a-


Kemiskinan seringkalai dianggap sebagai faktor utama tingginya tingkat kriminalitas. Singkat kata,  tingkat ekonomi berbanding terbalik dengan tingkat kriminalitas. Pada kasus parental abuse, hal ini sepertinya tidak berlaku. Pada kalangan dengan tingkat ekonomi tinggi remaja yang berasal dari tingkat ekonomi tinggi tercatat lebih banyak mengalami parental abuse. Pada tulisan ini saya akan mencoba menjelaskan fenomena parental abuse  dan ragam strategi coping yang dilakukan oleh remaja yang mengalami abuse tersebut, dilihat dari status sosial ekonomi orangtua dan gender Tulisan ini merupakan bagian dari skripsi saya yang  menggunakan metode kuantitatif, dengan survey sebagai alat penggali data utama. Subjek penelitian berjumlah 200 remaja laki-laki dan perempuan dari status sosial ekonomi tinggi dan rendah dari beberapa SMA di Surabaya.
 
Parental abuse di sini didefinisikan sebagai segala  perlakuan menyakitkan yang dilakukan orangtua kepada anak.  Saat mendapatkan parental abuse, remaja melakukan strategi coping untuk menghadapinya. Terbentuknya strategi coping dipengaruhi oleh status sosial ekonomi dan gender. Strategi coping adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk merespon tekanan atau ancaman. Strategi coping memiliki dua bentuk yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Untuk melakukan strategi yang sesuai, remaja melihat kembali apakah dirinya laki-laki atau perempuan  dan melihat serta memahami strategi coping yang dilakukan oleh teman-temannya.

Parental abuse seringkali dianggap sebagai alat untuk mendidik atau mendisiplinkan anak-anak. Orangtua memiliki power untuk melakukan segala hal karena menganggap dirinya berhak atas apa yang dilakukan terhadap anak. Kondisi inilah yang memungkinkan alasan terjadinya kekerasan tanpa melihat status sosial ekonomi, baik kekerasan verbal emosional dan kekerasan fisik, akan tetapi untuk kekerasan seksual, tidak ada alasan untuk melakukannya.

Hasil penelitian menunjukkan pengalaman kekerasan yang dialami oleh remaja memiliki perbedaan jika ditinjau dari interaksi antara status sosial ekonomi dan gender. Apa yang menyebabkan interaksi antara status sosial ekonomi dan gender berbeda? Peneliti menduga bahwa pertama, suasana saat pengambilan data pada remaja dari kedua status sosial ekonomi berbeda. Status sosial ekonomi tinggi diambil di mall, dan saat mengisi, mereka layaknya mengerjakan ujian, berbeda dengan status sosial ekonomi rendah yang diambil di kelas sehingga terjadi olok-mengolok sesama teman apabila mengalami kekerasan dari orangtua.  Kedua, perempuan lebih biasa untuk menceritakan pengalaman-pengalaman pribadi mereka, termasuk pengalaman kekerasan yang dialami.   

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, nampak subjek penelitian  dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah menggunakan kedua strategi coping, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Pemilihan strategi coping dipengaruhi oleh gender  dan juga melihat kesamaan pengalaman dari teman-temannya. Pandangan ini sesuai dengan Sutherland (2012) yang menyatakan bahwa saat remaja menggunakan obat-obatan, fokus perhatiannya harus ditujukan pada karakteristik inter dan intra personal, bukan semata-mata status sosial ekonominya.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan sekolah dapat membantu siswa-siswinya terkait persoalan parental abuse. Guru sekolah dapat peka akan terjadinya parental abuse, terutama kekerasan seksual, sehingga sekolah dapat membuat kebijakan akan pentingnya dampak parental abuse. Bagi pemerintah, juga diharapkan dapat membuat kebijakan tentang parental abuse dan memasukkannya dalam kurikulum saat ini, serta mensosialisasikan tentang parental abuse, terutama kekerasan seksual. Sosialisasi ditujukan supaya masyarakat tahu betapa berbahayanya jika parental abuse terjadi, karena pelakunya sendiri merupakan orangtua dari si anak. Bagi orangtua, juga diharapkan akan memahami tentang betapa bahayanya dampak parental abuse ini. Remaja yang mengalami parental abuse cenderung menyalahkan diri sendiri bahwa penyebab terjadinya parental abuse merupakan kesalahannya, apalagi jika parental abuse yang remaja alami tersebut berlangsung terus menerus. (INEZ)

*Ruryarnesti.Strategi Coping Remaja Korban Parental Abuse ditinjau dari Status Sosial Ekonomi Orangtua dan Gender Korban. Skripsi. Sarjana Strata 1. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Laboratorium Psikologi Sosial. (2013).

INI DIA PARA PENELITI MUDA YOUNG RESEARCHER COLLABORATIVE REASERACH (YRCR) PROGRAM

08.09 0 Comments A+ a-

Berikut daftar peneliti muda yang lolos seleksi Young Researcher Collaborative Research  (YRCR) Program  kerjasama KSGK-UBAYA dan HiVOS.

1. Adelina Octa Mahasika --Dipayoni
2. Aditya Nur Patria --FIB-Sastra Inggris, Universitas Airlangga
3. Aditya Vonan Mainzerano --alumni Fak. Psikologi UNESA
4. Andreas Mahardika --GAYa Nusantara
5. Atha Bimasika --Dipayoni
6. Fidy Ramzielah Famiesyah --S2- FIB, Universitas Airlangga
7. Hani Suci Rachmawati --Fak. Psikologi- UBAYA
8. Isa Tridjoyo -- Fak. Bisnis dan Ekonomi, UBAYA
9. Kurnia Novita Diah Leksa Ningrum  -- PERWAKOS
10. Livia Nathania Setiawan -- Fak Psikologi, UBAYA
11. Sri Andiani -- Fak. Psikologi, UBAYA
12. Theresia Pratiwi Elingsetyo Sanubari -- GAYa Nusantara

Selain para peneliti Muda di atas, KSGK mengundang peserta berikut untuk Sit-in pada Workshop I
1. Hildha Pratiwi -- Fak. PSikologi UBAYA
2. Ilhami Septi Pratiwi -- Fak. Psikologi UBAYA
3. Irma Fitriyah -- S2 Fisip UNAIR
4. Vinda Melisa -- Fak Psikologi UBAYA
5. Denna Sabella Abatha--Fak Psikologi UBAYA

Peserta yang lolos seleksi dan peserta sit-in, akan mengikuti kegiatan Workshop I, pada tanggal 10, 11 dan 12 Februari 2014.
Info selanjutnya akan kami kirim melalui email.