PERTEMUAN INTERNAL KSGK

15.47 0 Comments A+ a-

Senin, 27 Juni 2011, KSGK mengadakan rapat terkait rencana kerja empat tahunan. Bertempat di Ruang PC.1.2 Fakultas Psikologi UBAYA, rapat itu menghasilkan beberapa program penguatan bagi pemahaman hak seksual remaja di universitas maupun sekolah sekaligus budget kasarnya. Hadir dalam pertemuan tersebut, Tiwi, Irma, Wulan dan Siti.

TENTANG KSGK

14.20 0 Comments A+ a-

Kelompok Study Gender dan Kesehatan (KSGK) adalah sebuah pusat study di bawah naungan Universitas Surabaya yang mendedikasikan seluruh kegiatanya pada orang muda sebagai penerima manfaat utama.

KSGK memfokuskan diri pada issu-issu terkait kehidupan seksualitas orang muda serta mencermati isu-isu tersebut dengan mengimplementasikan prinsip hak asasi manusia yang berkeadilan gender.

KSGK didirikan pada tanggal 18 Mei 1998, sebagai rsponse terhadap pergolakan sosial pada masa itu, oleh beberapa dosen Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya. Saat ini KSGK digerakkan oleh tidak hanya dosen namun juga para mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap orang muda dan kehidupan seksualitasnya.

Kegiatan KSGK meliputi penguatan pemahaman hak seksual berupa diskusi, seminar, pelatihan, dan penelitian. Hingga saat ini KSGK telah berjejaring dengan beberapa organisasi dengan kepedulian terkait.

Visi KSGK
Kesetaraan di seluruh bidang kehidupan.

Misi KSGK
Menciptakan masyarakat yang sehat merata berkeadilan gender.

Prinsip Kerja
Komitmen, transparansi, kesetaraan dan saling menghormati.

Aktivitas
Aktivitas KSGK meliputi kajian issu-issu seksualitas, penelitian, dan pelatihan terkait seksualitas remaja. KSGK pernah berjasama dengan Jaringan Epidemiologi Nasional (JEN) yang kemudian menjadikan Pelatihan seksualitas KSGK sebagai model bagi pelatihan seksualitas Mahasiswa di seluruh Indonesia. KSGK tergabung dalam jaringan nasional maupun internasional yang memiliki concern terhadap issu-issu seksualitas seperti YKP (Yayasan Kesehatan Perempuan), KAN (Kartini Asia Network), ARROW (Asian-Pacific Resource and Reasearch Centre for Woman), Savy Amira, GAYa Nusantara, dan masih banyak organisasi lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.


Penggiat
Koordinator Umum              : NKE Triwijati
Koordinator Pelaksana        : Siti Mazdafiah
Koordinator Peer                  : Wulan Widaningrum
                                                : Elly Yuliandari
                                                : Nurapriyanti
Ketua Peer-group                 : Ilhami Septi Pratiwi
Anggota                                : Ganesh Bayua Putra
                                                  Denna Sabela Abatha
                                                  Hildha Pratiwi
                                                  Rika Wulan Novitaningtyas
                                                  Machayanti Mayangsari
                                                  

KSGK KONTAK

13.37 0 Comments A+ a-


Kelompok Study Gender dan Kesehatan (KSGK). Ruang PC.1.2 Fakultas Psikologi Ruang Universitas Surabaya. Jl. Raya Kalirungkut. Surabaya 60000. Telepon: 031-2981143. Fax: 031-2981271. email: ksgk.ubaya@gmail.com.  blog: www.ksgkubaya.blogspot.com facebook: KSGK UBAYA


CAMPUSS EXPO 2012

12.54 0 Comments A+ a-

Pada 25 dan 26 Mei 2012, KSGK turut berpartisipasi dalam CAMPUSS EXPO dalam rangka Dies Natalis Universitas Surabaya dan Ulang Tahun Kota Surabaya yang ke 718.

Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu KSGK dalam kegiatan tersebut. Sampai bertemu lagi di CAMPUSS EXPO berikutnya.

TO SUPPORT ACTIVISM: BUILDING COMMUNICATION AMONG LESBIAN COMMUNITY IN SURABAYA

12.52 0 Comments A+ a-



Summary
www. ilga.org
Historicaly, lesbians have been involving in Indonesian lesbian, gay ,biseksual, transgender (lgbt) struggles since the very beginning of the activism raised up, and  Surabaya is an important city to the history lgbt activism in Indonesia. According to Agustine, a prominent Indonesia lesbian Activist (Journal Perempuan, 2008), in her article Rahasia Sunyi: Gerakan Lesbian Indonesia (Secret Silence: Indonesian Lesbian Activism), Lambda Indonesia, an organization of lesbian and gay Indonesia and Asia, was established in Pasuruan in 1982, moved to Surabaya. Several organizations from Jakarta and Surabaya were joined to this organization. However, due to the limited human and financial resources, lesbians withdrew their participation. In 1987, GAYa Nusantara (GN) was established in Surabaya, continuing the works of Lamda Indonesia. Officially, GN is intended to organize female and male homosexuals. In their activities, GN had been trying to reach the lesbian community in an attempt to organize, but they found several difficulties, including getting access to and going deeper inside this community. According to Khanis Suvianita, a former GN director for research and education, ―lesbian community is between there and not there.‖ Like other lesbians in other parts of the world, Indonesian lesbians bear a double burden, with stigma that prevents them from coming out and saw GN as a male homosexual organization than a fe/male homosexual organization.
Our study has identified that there are at least 14 lesbian groups (with both exclusively and non-exclusively lesbian membership) with 185 members who gather in Surabaya malls and public places regularly. Among those groups, only a few of them name their groups and organizations we identify conditions common to Surabayan lesbian groups related to lesbian activism. They are:
·         Most of them get together for fun activities and only a few of them are focused on lesbian activism. However, fun activities are less stimulating in creating a strong responsibility and do not provide a benefit to the group in terms of having a commitment to achieve certain goals for the sake of lesbian activism.
·         Motivation to join the organization is personal, often to find a romantic or sexual partner. Personal motivation as a reason to join the group is somewhat inevitable. Any time a partnership has personal problems, it affects the group at large.
·         There is no specific or long term agenda; instead, activities are arranged based on an impulsive idea. The absence of an agenda has caused difficulties in maintaining the cohesiveness and engagement of the group.
·         There is no established space for groups to meet, although each group usually has a meeting point in a public space, such as malls or cafes.
·         Members of the group have less time to remain active in group activities due to the need to secure a means to earn money for survival.
·         The most persistent groups are also the most exclusive, while the rest remain the least active.
All of these conditions will endanger the existence of the group which itself has the power to support lesbian activism in the future. However, current conditions show that the motivation to engage in activism is still there, despite inactivity. Several members of the community are ready to start working, though some are still sceptical of being engaged in activism. This condition is a potential for creating a more solid group among the community. In the mean time, a first step that must be taken is to rebuild or refresh the spirit of the group by creating a medium of communication among the community, to stimulate and maintain the sense of togetherness and regain trust from each other.
Although few lesbian groups are focused on the issue of activism, many show that they are a cohesive group. Members of one group are usually provided support for one another. The fact that they are groups of individuals with non-mainstream sexual orientations and experience . refusal and discrimination by society raised the feeling of senasib sepenanggungan, one fate one struggle. Other things that are not less important are social supports including media. Only can factors work altogeteher, hence the lesbians groups can face up chalenges from their social, political and religious environments. ....
Penelitian ini adalah hasil kerjasama antara Riek Stientra Foundation, Transsign, Kartini Network serta komunitas lesbian di Surabaya.

#mazdafiah

TENTANG TRAINING SEKSUALITAS KSGK

12.48 0 Comments A+ a-

Mengapa Pelatihan ini Ada? 
Pelatihan ini sudah dilakukan secara rutin kepada mahasiswa, aktivis, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar. Kami memulainya sejak tahun 2005 sebagai terobosan penting untuk masuk pada kehidupan private mahasiswa, mengingat banyak kasus-kasus yang terungkap di meja konseling terkait keidupan seksualitas remaja. Perilaku seks yang tidak bertanggung jawab yang merugikan keseatan fisik dan mental remaja telah terbukti membawa dampak buruk bagi pelakunya dan tak jarang mengorbankan dimensi keidupan remaja lain sebagai korban. 

Pengetahuan mereka yang terbatas terkait seksualitas ditengarai sebagai penyebab utama perilaku tidak bertanggung jawab tersebut. Hal ini semata-mata bukan kesalahan mereka. Budaya yang masih menganggap seks sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan secara terbuka membuat kita malu, merasa tidak pantas membicarakan masala seksualitas dengan anak. Sementara keingintahuan anak yang besar membawa mereka pada sumber-sumber pengetahuan seksualitas yang keliru, seperti pornografi, dan berdiskusi dengan teman yang sebenarnya sama-sama sedang dalam tahap mencari-cari pengetahuan seksualitas. 


Budaya tersebut juga membuat orang tua merasa kikuk dan tidak tahu bagaimana cara memulai mengkomunikasikanya dengan anak, karena sebelumnya tidak pernah ada pengalaman membicarakan seksualitas secara terbuka dengan anak dengan orang tua di masa lalu mereka. Institusi pun merasa salah tingkah ketika arus memasukkan bahasan seksualitas ini dalam kurikulum sekolah lebih dari sekedar bahasan proses reproduksi pada pelajaran biologi. Namun, lebih dari itu, adalah pengetahuan seksualitas yang mampu menyentuh dimensi biologis seseorang, namun juga dimensi psikologis dan sosial-politiknya. 


Untuk itu diperlukan pihak yang mampu menjembatani remaja dengan pengetauan seksualitas dan menjadi mediator bagi remaja untuk membicarakan seksualitas dengan pihak-pihak yang tepat tanpa rasa takut, minder dan serba salah. Mampu memeca kesunyian baan seksualitas dan melakukan tindakan nyata untuk kehidupan remaja yang lebih sehat dan bertanggung jawab. itulah, KSGK merasa perlu diadakannya sebuah pelatihan seksualitas. 


Tujuan Pelatihan: 

Memberikan media, pengetahuan dan wacana bagi remaja untuk membicarakan seksualitas secara terbuka, dari dimensi fisik, psikologis, sosial, budaya dan politiknya, sehingga remaja memiliki perilaku yang sehat dan bertanggung jawab terkait seksualitasnya. 

Nilai Dasar Pelatihan: Right, Respect, Dignity, Equality


Kerjasama terkait Pelatihan Seksualitas. 

KSGK membuka kerjasama dengan berbagai institusi, pendidikan, organisasi maupun kelompok-kelompok masyarakat umum untuk mewujudkan keidupan seksualitas yang lebih baik bagi remaja dengan semangat pembelajaran, saling menghormati, dan kesetaraan.